Dulu, saat kamu masih jadi pujaku.

Mera
2 min readMar 9, 2022

Dulu, saat itu aku berdiri dibelakangmu, hanya sekedar berdiri dan mengagumi mu. Kamu bukan yang pertama, kamu kesekian rasa yang sudah ku taruh sejak lama, tentunya pada orang yang berbeda.

Janji yang ku tanam pada diri nyatanya gugur tak sempat ku tuai, aku kembali jatuh, kembali merasa, kembali jatuh cinta.

Aku yang mewanti-wanti diri untuk tak jatuh cinta lagi, namun saat itu aku terpaksa membuka hati lagi, membuka lagi harapan mati, hingga kemudian berarti aku siap untuk hancur lagi.

Ya, aku si bodoh. Sejak dulu aku memang payah mengungkapkan kata cinta, aku terlalu takut memulai segalanya, takut kamu enggan, dan perlahan menjauh sebelum menjadi asing, aku takut itu, aku selalu takut pada akhirnya.

Hingga yang ku lakukan tetaplah sama, berulang kali, dan tetap aku yang tersakiti. Tetap aku yang sesak, tetap aku yang sakit, dan pula tetap aku yang menyerah kemudian menjauh pergi.

Jatuh cinta sesakit ini ya? Sesakit ini untuk sekedar berharap akan perasaan yang sama? Aku kira kamu pun begitu, kamu punya rasa yang tak jauh berbeda denganku. Malang, apa sih yang aku harapkan?

Aku pernah ingin menyerah, namun aku kembali berjuang. Hingga akhirnya aku berada di titik mati rasa, aku berhenti peduli, aku berhenti mengharapkan sesuatu yang tabu dari mu, karena apa yang harus diharapkan?

Cukup disini, cukup rasaku atau rasamu hanya kita yang tahu. selebihnya aku sudah menyerah, aku kembali menutup hati, sudah cukup jatuh cinta, sudah cukup berharap, sudah cukup menjadi bodoh.

Aku hanya akan mencari seseorang yang mencintaiku kembali.

— Mera, 2022.

--

--

Mera
Mera

Written by Mera

Sedikit ruang untuk berbicara.

No responses yet